BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Pada tahun
2000 terjadi peningkatan penyebaran epidemic HIV secara nyata melalui perkerja
seks komersial, tetapi ada fenomena baru penyebaran HIV/AIDS melalui pengguna
narkoba suntuk. Tahun 2002 HIV sudah menyebar ke rumah tangga. Sejauh ini lebih
dari 6,5 juta perempuan di Indonesia jadi populasi rawan tertular HIV. Lebih
dari 30% diantaranya melahirkan bayi yang tertular HIV. Pada tahun 2015,
diperkirakan akan terjadi penularan pada 38.500 anak yang dilahirkan dan itu
terinfeksi HIV
Sampai tahun
2006 diperkirakan 4.360 anak terkena HIV dan separuh diantaranya meninggal
dunia. Saat ini diperkirakan 2320 anak terkena HIV.
Kebanyakan
wanita mengurus keluarga dan anak-anaknya selain mengurus diri sendiri,
sehingga gangguan kesehatan pada wanita akan mempengaruhi seluruh keluarganya.
Wanita dengan HIV/AIDS harus mendapatkan dukungan dan perawatan mencakup
penyuluhan yang memaai tentang penyakitnya, perawatan, pengobatan, serta
pencegahan penularan pada anak dan keluarganya.
Penularan
HIV ke ibu bisa akibat hubungan seksual yang tidak aman, pemakaian narkoba
injeksi dengan jumlah bergantian bersama pengidap HIV, tertular melalui darah
dan produk darah, penggunaan alat kesehatan yang tidak steril serta alat untuk
menoreh kulit. Penyebab terjadinya infeksi HIV pada wanita secara berurutan
dari yang terbesar adalah pemakaian obat terlarang melalui injeksi 51%, wanita
heteroseksual 34%, transfuse darah 8%, dan tidak diketahui sebanyak 70%.
Penularan
HIV ke bayi dan anak bis dari ibu ke anak, penularan melalui darah, penularan
melalui hubungan seks (pelecehan seksual pada anak). Penularan dari ibu ke anak
terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS sebagian besar (85%) berusia
subur (15-44 tahun) sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang bias
terjadi pada saat kehamilan. Prevalensi penularan dari ibu ke bayi dalah 0,01%
sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS,
kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan gejala AIDS
sudah jelas pada ibu kemungkinan mencapai 50%.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui
defenisi HIV/AIDS
2. Untuk
mengetahui penyebab HIV/AIDS
3. Untuk mengetahui
penularan HIV/AIDS
4. Untuk mengetahui
pencegahan HIV/AIDS
5. Untuk
mengetahui penanganan HIV/AIDS
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFENISI
a. Virus
HIV
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus
yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama
sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada
akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat
ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat
berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat
digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh.
Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak
memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek
biasa.
b. Penyakit
AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency
Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam
tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS
yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau
menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada
sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena
AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk
dapat menjadi AIDS yang mematikan. Seseorang dapat menjadi HIV positif. Saat
ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari
Virus HIV penyebab penyakit AIDS.
B. TANDA
DAN GEJALA
1. AIDS
AIDS merupakan manifestasi lanjutan HIV. Selama stadium individu bisa saja
merasa sehat dan tidak curiga bahwa mereka penderita penyakit. Pada stadium
lanjut, system imun individu tidak mampu lagi menghadapi infeksi Opportunistik
dan mereka terus menerus menderita penyakit minor dan mayor Karen tubuhnya
tidak mampu memberikan pelayanan.
Angka infeksi pada bayi sekitar 1 dalam 6 bayi. Pada awal terinfeksi,
memang tidak memperlihatkan gejala-gejala khusus. Namun beberapa minggu
kemudian orang tua yang terinfeksi HIV akan terserang penyakit ringan
sehari-hari seperti flu dan diare. Penderita AIDS dari luar tampak sehat. Pada
tahun ke 3-4 penderita tidak memperlihatkan gejala yang khas. Sesudah tahun ke
5-6 mulai timbul diare berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering
sariawan di mulut dan terjadi pembengkakan didaerah kelenjar getah bening. Jika
diuraikan tanpa penanganan medis, gejala PMS akan berakibat fatal.
2. HIV
Infeksi HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik dengan spectrum
yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala (asimtomatif) pada stadium awal
sampai dengan gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut.
Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10
tahun sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya HIV menjadi AIDS belum
diketahui jelas. Diperkirakan infeksi HIV yang berulang – ulang dan pemaparan
terhadap infeksi-infeksi lain mempengaruhi perkembangan kearah AIDS. Menurunnya
hitungan sel CDA di bawah 200/ml menunjukkan perkembangan yang semakin buruk. Keadaan
yang buruk juga ditunjukkan oleh peningkatan B2 mikro globulin dan juga
peningkatan I9A.
C. Penularan
HIV/AIDS
Cara penularan HIV ada
tiga :
1. Hubungan
seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang pengidap. Ini
adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi penularan bila
terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti
herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan trikomoniasis.
Resiko pada seks anal lebih besar disbanding seks vaginal dan resiko juga lebih
besar pada yang reseptive dari pada yang insertive.
2. Kontak
langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.
a. Transfusi
darah yang tercemar HIV
b. Pemakaian
jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan sempritnya pada para pencandu
narkotik suntik.
c. Penularan
lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
3. Secara
vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selam hamil, saat
melahirkan ataupun setelah melahirkan.
Infeksi
HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air susu ibu (ASI). Saat ini belum
diketahui dengan pasti frekuensi kejadian seperti ini atau mengapa hanya
terjadi pada beberapa bayi tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain. Di ASI
terdapat lebih banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru saja terkena infeksi dan
ibu-ibu yang telah memperlihatkan tanda-tanda penyakit AIDS.
Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar, bahaya diare dan infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu lain dan memberikan makanan tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat manfaat ASI dengan resiko lebih kecil untuk terkena HIV
Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar, bahaya diare dan infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu lain dan memberikan makanan tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat manfaat ASI dengan resiko lebih kecil untuk terkena HIV
D. Pencegahan
HIV/AIDS
Pencegahan
HIV/AIDS dapat dilakukan dengan cara :
1. Selalu
dan saling setia dengan pasangan masing-masing
2. Biasakan
melakukan hubungan seksual yang aman, yaitu hubungan yang mencegah masuknya
kuman yang mungkin terdapat didalam cairan semen pria kedalam bagian-bagian
tubuh wanita
3. Hindari
pelubangan telinga, tattoo, tujuk jarum/membuat sayatan/lubang pada kulit tubuh
dengan alat yang belum dicuci
4. Hindari
transfuse darah kecuali untuk keadaan darurat
5. Jangan
saling meminjam alat cukur ataupun sikat gigi
6. Jangan
menyentuh darah orang lain/luka terbuka tanpa perlindungan
E. Penanganan
HIV/AIDS
1. Penanganan
Umum
a. Setelah
dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan untuk memperlambat tingkat
replikasi virus. Berbagai macam obat diresepkan untuk mencapai tujuan ini dan
berbagai macam kombinasi obat-obatan terus diteliti. Untuk menemukan obat
penyembuhannya.
b. Pengobatan-pengobatan
ini tentu saja memiliki efek samping, namun demikian ternyata mereka
benar-benar mampu memperlambat laju perkembangan HIV didalam tubuh.
c. Pengobatan
infeksi-infeksi appertunistik tergantung pada zat-zat khusus yang dapat
menginfeksi pasien, obat anti biotic dengan dosis tinggi dan obat-obatan anti
virus seringkali diberikan secara rutin untuk mencegah infeksi agar tidak
menjalar dan menjadi semakin parah
2. Penanganan
Khusus
a. Penapisan
dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian dilakukan atas permintaan pasien
dimana setelah proses konseling risiko PMS dan hubungannya dengan HIV, yang
bersangkutan memandang perlu pemeriksaan tersebut.
b. Upayakan
ketersediaan uji serologic
c. Konseling
spesifik bagi mereka yang tertular HIV, terutama yang berkiatan dengan
kehamilan da risiko yang dihadapi
d. Bagi
golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan konseling untuk
upaya preventif (penggunaan kondom)
e. Berikan
nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik.
f. Lakukan
terapi (AZT sesegera mungkin, terutama bila konsentrsi virus (30.000-50.000)
kopi RNA/Ml atau jika CD4 menurun secara dratis
g. Tatalaksana
persalinan sesuai dengan pertimbangan kondisi yang dihadapi (pervaginanm atau
perabdominam, perhatikan prinsip pencegahan infeksi).
F. Pemeriksaan
Laboratorium
Terdapat
dua uji yang khas digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV. Yang
pertama, enzymelinked
immunosorbent assay (ELISA), bereaksi terhadap adanya antibodi
dalam serum dengan memperlihatkan warna yang lebih jelas apabila terdeteksi
antibodi virus dalam jumlah besar. Karena hasil positif-palsu dapat menimbulkan
dampak psikologis yang besar, maka hasil uji ELISA yang positif diulang, dan
apabila keduanya positif, maka dilakukan uji yang lebih spesifik, Western blot. Uji Western
blot juga dikonfirmasi dua kali. Uji ini lebih kecil kemungkinannya memberi
hasil positif-palsu atau negatif-palsu. Juga dapat terjadi hasil uji yang
tidak konklusif, misalnya saat ELISA atau Western blot bereaksi lemah dan agak
mencurigakan. Hal ini dapat terjadi pada awal infeksi HIV, pada infeksi yang
sedang berkembang (sampai semua pita penting pada uji Western blot tersedia
lengkap), atau pada reaktivitas-silang dengan titer retrovirus tinggi lain,
misalnya HIV-2 atau HTLV-1. Setelah konfirmasi, pasien dikatakan seropositif HIV. Pada
tahap ini, dilakukan pemeriksaan klinis dan imunologik lain untuk mengevaluasi
derajat penyakit dan dimulai usaha-usaha untuk mengendalikan infeksi.
HIV
juga dapat dideteksi dengan uji lain, yang memeriksa ada tidaknya virus atau
komponen virus sebelum ELISA atau Western blot dapat mendeteksi antibodi.
Prosedur-prosedur ini mencakup biakan virus, pengukuran antigen p24, dan
pengukuran DNA dan RNA HIV yang menggunakan reaksi
berantai polimerase (PCR) dan RNA HIV-1 plasma. Uji-uji semacam ini
bermanfaat dalam studi mengenai imunopatogenesis, sebagai penanda penyakit,
pada deteksi dini infeksi, dan pada penularan neonatus. Bayi yang lahir dari
ibu positif-HIV dapat memiliki antibodi anti-HIV ibu dalam darah mereka sampai
usia 18 bulan, tanpa bergantung apakah mereka terinfeksi atau tidak.
G. HIV
& AIDS di Indonesia
Dari
tahun ke tahun kasus HIV maupun kasus AIDS di Indonesia semakin bertambah
jumlahnya. Rate kasus Aids secara nasional sampai dengan 30 September adalah
per 8,15 per 100 ribu penduduk (dengan berdasarkan data BPS penduduk Indonesia
sebesar 227.132.350 jiwa) dengan ODHA yang meninggal tercatat 20,1 persen.
Kasus
Aids tertinggi terdapat di provinsi Papua (17,9 kali angka nasional), Bali (5,3
kali angka nasional), DKI Jakarta (3,8 kali angka nasional), Kep. Riau (3,4 kali
angka nasional), Kalimantan Barat (2,2 kali angka nasional)
H. Angka Kejadian HIV-AIDS Di Indonesia
Secara
Kumulatif Pengidap Infeksi Hiv Dan Kasus Aids Di Indonesia
Sejak 1
Januari 1987 S.D. 30 Juni 2008, Terdiri Dari:
ü 6277 HIV
ü 12686 AIDS
Jumlah HIV Dan AIDS: 18.963
Dengan Kematian: 2479
Jumlah Kumulatif Kasus Aids
Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-Laki 9963 5797
Perempuan 2658 404
Tak Diketahui 65 41
Jumlah 12686 6242
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
HIV adalah kuman yang sangat kecil,
yang disebut virus yang tidak bisa terlihat oleh manusia. AIDS adalah penyakit
yang berkembang kemudian, setelah seseorang terkena infeksi HIV, virus AIDS.
Penularan HIV pada wanita terjadi melalui pemakaian obat terlarang injeksi 51%.
Wanita hetero seksusal 34%, transfuse darah 8% dan tidak diketahui sebanyak 7%.
Sedangkan penularan HIV pada bayi dan anak bisa melalui jalur vertical (ibu ke
bayi), darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual pada anak),
dan pemakaian alat kesehatan yang tidak steril. Gejala umum yang ditemukan pada
bayi dengan infeksi. HIV adalah gangguan tumbuh kembang, kondisi diasis oral,
diare kronis. Penularan HIV dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui empat cara
mulai saat hamil, saat melahirkan dan setelah lahir.
B. Saran
Diharapkan kepada para pembaca
supaya lebih memahami apa itu penyebab, penanganan serta tanda-tanda dan gejala
HIV/AIDS agar tidak lebih terkena infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Obat herbal Dr. imoloa yang hebat adalah obat penyembuhan yang sempurna untuk Virus HIV, saya mendiagnosis HIV selama 8 tahun, dan setiap hari saya selalu mencari penelitian untuk mencari cara sempurna untuk menghilangkan penyakit mengerikan ini karena saya selalu tahu bahwa apa yang kita butuhkan karena kesehatan kita ada di bumi. Jadi, pada pencarian saya di internet saya melihat beberapa kesaksian berbeda tentang bagaimana Dr. imoloa dapat menyembuhkan HIV dengan obat herbal yang kuat. Saya memutuskan untuk menghubungi pria ini, saya menghubunginya untuk obat herbal yang saya terima melalui layanan kurir DHL. Dan dia membimbing saya bagaimana caranya. Saya memintanya untuk solusi minum obat herbal selama dua minggu. dan kemudian dia menginstruksikan saya untuk pergi memeriksa yang saya lakukan. lihatlah aku (HIV NEGATIF). Terima kasih Tuhan untuk dr imoloa telah menggunakan obat herbal yang kuat untuk menyembuhkanku. ia juga memiliki obat untuk penyakit seperti: penyakit parkison, kanker vagina, epilepsi, Gangguan Kecemasan, Penyakit Autoimun, Nyeri Punggung, Keseleo, Gangguan Bipolar, Tumor Otak, Ganas, Bruxisme, Bulimia, Penyakit Disk Serviks, Penyakit Kardiovaskular, Penyakit Kardiovaskular, Neoplasma, kronis penyakit pernapasan, gangguan mental dan perilaku, Cystic Fibrosis, Hipertensi, Diabetes, asma, radang sendi yang dimediasi autoimun yang dimediasi. penyakit ginjal kronis, penyakit radang sendi, sakit punggung, impotensi, spektrum alkohol feta, Gangguan Dysthymic, Eksim, kanker kulit, TBC, Sindrom Kelelahan Kronis, sembelit, penyakit radang usus, kanker tulang, kanker paru-paru, sariawan, kanker mulut, tubuh nyeri, demam, hepatitis ABC, sifilis, diare, Penyakit Huntington, jerawat punggung, gagal ginjal kronis, penyakit addison, Penyakit Kronis, Penyakit Crohn, Cystic Fibrosis, Fibromyalgia, Penyakit Radang Usus Besar, penyakit kuku jamur, Penyakit Kelumpuhan, penyakit Celia, Limfoma , Depresi Besar, Melanoma Ganas, Mania, Melorheostosis, Penyakit Meniere, Mucopolysaccharidosis, Multiple Sclerosis, Distrofi Otot, Rheumatoid Arthritis, Penyakit Alzheimer, email- drimolaherbalmademedicine@gmail.com / hubungi atau {whatssapp ..... +2347081986098. }
BalasHapus