Anemia atau dikenal juga dengan
kurang darah berkurangnya sel darah merah disebabkan oleh kerusakan dini
sel-sel darah merah yang matang.
Sumsum tulang dapat menghasilkan sel darah merah yg cukup cepat untuk mengganti
sel darah merah yang telah rusak.
Anemia hemolitik adalah
anemia yang tidak terlalu sering dijumpai, tetapi bila dijumpai memerlukan
pendekatan diagnostik yang tepat. Pada kasus-kasus penyakit dalam yang dirawat
di RSUP sanglah tahun 1997. Anemia hemolitik merupakan 6% dari kasus anemia,
menempati urutan ketiga setelah anemia aplastik dan anemia sekunder keganasan
hematologis.
Anemia hemolitik yaitu meningkatnya kecepatan
destruksi eritrosit sebelum waktunya. Dalam keadaan in sumsum tulang
memproduksi darah lebih cepat sebagai kompensasi hilang nya sel darah merah.
Pada kasus Anemia biasanya ditemukan splenomegali diakibatkan karena absorbsi
sel darah ysng telah mati secara berlebihan oleh limpa. Karena pada anemia
hemolitik banyaknya sel darah merah yang mati pada waktu yang relative singkat .
B.TUJUAN
Makalah ini dibuat tujuannya agar pembaca mengetahui
kelainan yang disebabkan destruksi eritrosit yang berlebih disebut “ANEMIA
HEMOLITIK”.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.DEFINISI
Anemia
Hemolitik adalah penyakit kurang darah atau anemia yang terjadi karena
meningkatnya penghancuran sel darah merah. Pada keadaan normal, sel darah merah
mempunyai waktu hidup 120 hari.
Pada
anemia hemolitik ini terjadi penurunan usia sel darah merah, baik sementara
atau terus-menerus. Anemia ini terjadi apabila sumsum tulang telah tidak mampu
mengatasinya karena usia sel darah merah sangat pendek, atau bila kemampuannya
terganggu oleh sebab lain. Salah satunya jika suatu penyakit menghancurkan sel
darah merah sebelum waktunya (hemolisis), sumsum tulang berusaha menggantinya
dengan mempercepat pembentukan sel darah merah yang baru, sampai 10 kali
kecepatan normal. Jika penghancuran sel darah merah melebihi pembentukannya,
maka akan terjadi anemia hemolitik.
B.ETIOLOGI
Anemia
hemolitik dapat disebabkan oleh 2 faktor yang berbeda yaitu faktor intrinsik
& faktor ekstrinsik.
Tungau merupakan komponen debu rumah yang paling
penting karena paling sering menyebabkan alergi. Tungau merupakan binatang yang
sangat kecil seperti kutu dan tidak tampak oleh mata. Tungau hidup dari
serpihan kulit manusia dan biasanya tungau ini terdapat pada kasur dan bantal,
terutama yang terbuat dari kapuk.
Tungau merupakan binatang sejenis kutu yang ukurannya sangat
kecil, yakni 250-300 mikron berbentuk
oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient,
berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Tungau betina panjangnya 300-450
mikron, sedangkan tungau jantan lebih kecil, kurang lebih setengahnya yakni 200
– 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki dan
bergerak dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan kulit.. Bila dilihat dari sisi fisiknya, bentuk binatang ini
lonjong dengan jumlah kaki 8 buah. Binatang mikrospis itu diembel-embeli kata
“debu” di belakang namanya karena hidupnya dari debu.
C.SIKLUS HIDUP
Tungau betina setelah dibuahi mencari
lokasi yang tepat di permukaan kulit untuk kemudian membentuk terowongan,
dengan kecepatan 0,5 mm – 5 mm per hari. Terowongan pada kulit dapat sampai ke perbatasan
stratum korneum dan stratum granulosum. Di dalam terowongan ini tungau betina
akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih 30 hari dan bertelur sebanyak
2-3 butir telur sehari.
Telur akan menetas setelah 3-4 hari
menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit untuk kemudian masuk kulit
lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut untuk
melindungi dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari, menjadi bentuk
dewasa melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk
dewasa sekitar 10-14 hari. Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek
dari pada tungau betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis
penyakit. Biasanya hanya hidup dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi
tungau betina.
D.PENYAKIT YANG DITIMBULKAN
Tungau
(Dust Mite) merupakan Jenis kutu sangat berbahaya, yang berbahaya bukan kutunya
tapi kotorannya. Ada sekitar 2 juta tungau yang hidup di permukaan ranjang dan
bantal. Tungau ini hidup dari memakan serpihan sel kulit mati manusia. Mereka
mengeluarkan kotoran setiap hari dalam bentuk debu tungau yang sangat halus.
Debu tungau ini kemudian berterbangan setiap kali Anda bergerak di tempat
tidur. 30% orang dewasa dan anak-anak menderita alergi terhadap debu tungau.
Tungau adalah penyebab utama Asma, pilek/bersin, gatal-gatal, scabies, dan
bengkak pada kulit serta demam. Alergen
utama yang dikandung oleh tungau debu rumah adalah kotorannya, sisa-sisa cangkang tubuh & telurnya. Kotoran hewan ini mengandung banyak protein yang
menyebabkan alergi. Selama siklus hidupnya, seekor tungau dapat menghasilkan +
2.000 partikel kotoran (faces).Gejala alergi
yang dapat disebabkan oleh tungau antara lain :Bersin-bersin, hidung buntu, berair, Mata gatal,
bengkak, Sesak nafas,
mengi, asma, Gatal dan bentol
di kulit.
E.PENCEGAHAN
Pencegahan
Tungau atau skabies dapat dilakukan
dengan berbagai cara:
ØMencuci bersih, bahkan sebagian ahli
menganjurkan dengan cara direbus, handuk, seprai maupun baju penderita skabies,
kemudian menjemurnya hingga kering.
ØMenghindari pemakaian baju, handuk,
seprai secara bersama-sama.
ØMengobati seluruh anggota keluarga,
atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan.
F.PENGENDALIAN
Pengendalian tungau adalah dengan
langkah-langkah berikut:
Meminimalkan
penggunaan bahan yang disukai Tungau. Tungau debu paling hobi tinggal di
kasur, bantal, dan guling yang berisi kapuk. jika memungkinkan, ganti
dengan bahan dakron atau busa. kasur kapuk masih bisa dipakai, asal
dibungkus plastik sebelum diberi seprai. Karpet yang menjadi sarang debu
nomor satu, sebaiknya tidak digunakan di kamar tidur. untuk lantai, lebih
baik pilih yang berbahan ubin, kayu atau vinyl. Boneka dan mainan
anak-anak banyak yang terbuat dari kain berbulu. minimalkan jumlahnya.
jika ada bobeka berbulu, simpan dalam kotak tertutup. hindari tumpukan
buku atau perabotan yang juga mengundang debu.
Kondiksikan
suhu dan kelembaban ruang. Tungau debu hidup subur di tempat yang gelap,
hangat dan lembab. suhu optinal untuk pertumbuhan tungau debu adalah 255 –
30 derajat celcius pada kelembaban 70 – 80 persen. karenanya usahakan
kamar tidur dalam kondisi terang dan kering. Cara termudah adalah dengan
mengijinkan udara dan sinar matahari masuk lewat jendela atau lubang
ventilasi. pertukaran udara dalam ruang mampu melenyapkan kelembaban,
sedangkan sinar matahari memang tidak disukai oleh tungau debu. Alat
pengkondisi udara/AC juga dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan
kelembaban udara di bawah 35%.B bersihkan kamar tidur secara teratur debu
yang menjadi sarang tungau harus dibersihkan setiap hari. gunakan lap
basah atau vacuum cleaner. jangan menggunakan kemoceng, karena ini membuat
debu bertebaran dan debu hanya berpindah tempat.
Gantilah
seprei, sarung bantal dan guling, setidaknya sekali seminggu. cuci dengan
air panas di atas agar tungau debu mati. gorden sebaiknya dicuci setiap 3
bulan sekali. servis AC setiap 6 bulan sekali untuk menghindari
bertumpuknya debu di filter.
G.PENGOBATAN
Pengobatan tungau atau skabies yang umum digunakan
adalah dengan salep yang mengandung bahan seperti lindane,
permethrin, pyrethrin atau crotamiton. Bahan bahan kimia ini jamak terdapat pada
obat atau bahan pembunuh kutu. Obat obat ini tidak bisa anda peroleh dengan
bebas, harus menggunakan resep dokter karena merupakan obat keras yang harus
diperhatikan cara penggunaan dan indikasinya. Jadi, harus dipastikan dulu oleh
dokter anda menderita skabies baru dapat menggunakan obat ini.
Pengobatan dapat efektif bila salep
dioleskan ke seluruh tubuh dari dahi sampai dengan ujung kaki. Pada bayi dan
anak anak, salep dioleskan dari kulit kepala sampai dengan ujung kaki sebab
pada bayi dan anak anak, skabies juga menyerang kepala. HIndari menggunakan
obat obatan yang belum jelas khasiatnya untuk mencegah efek samping yang lebih
parah.
Calliphoridae
(umumnya dikenal sebagai blow-flies, lalat bangkai, lalat hijau,
greenbottles, atau flies klaster ) adalah serangga
dalam Ordo Diptera , keluarga Calliphoridae dengan 1.100
spesies yang dikenal.
2.Morfologi
Lalat
Hijau termasuk ke dalam famili Calliphoridae. Lalat ini terdiri atas banyak
jenis, umumya berukuran sedang sampai besar, dengan warna hijau, abu-abu, perak
mengkilat atau abdomen gelap. Biasanya lalat ini berkembangbiak di bahan yang
cair atau semi cair yang berasal dari hewan, termasuk daging, ikan, daging
busuk, bangkai, sampah penyembelihan, sampah ikan, sampah dan tanah mengandung
kotoran hewan. Lalat ini jarang berkembang biak di tempat kering atau bahan
buah-buahan. Beberapa jenis juga berkembang biak di tinja dan sampah hewan
lainnya bertelur pada luka hewan dan manusia
3.Epidemologi
Di
Indonesia, lalat hijau umumnya di derah pemukiman adalah Chrysomya Megacephala.
Lalat jantan berukuran panjang 8 mm, mempunyai mata merah besar. Ketika
populasinya tinggi, lalat ini akan memasuki dapur, meskipun tidak sesering
lalat rumah. Lalat ini banyak terlihat di pasar ikan dan daging yang berdekatan
dengan kakus. Lalat ini dilaporkan juga membawa telur cacing Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing kait pada bagian luar tubuhnya
dan pada lambung lalat
Jenis
lalat hijau lain yang juga ditemukan di Indonesia adalah Chrysomya bezziana,
meskipun sangat jarang di daerah permukiman. Lalat ini banyak dijumpai di
daerah ternak yang dilepaskan di padang gembalaan. Jenis lalat ini akan
bertelur pada luka atau jaringan kulit yang sakit dan menyebabkan miyasis
obligat pada manusia dan hewan. Jenis lainnya adalah Calliphora sp yang dikenal
dengan nama blue bottles. Lalat ini lebih menyukai tinggal di daerah iklim
sedang dan tidak umum dijumpai di Indonesia.
4.Siklus
Hidup
Sebagian besar spesies lalat yang pelajari
sejauh ini adalah anautogenous; lalat betina membutuhkan sejumlah besar protein
untuk perkembangan telur agar dapat matang dalam ovariumnya (sekitar 800 mg per
sepasang ovarium ).. Teori saat ini adalah
bahwa betina hinggap di bangkai baik untuk kebutuhan protein dan bertelur. Telur
Blow-fly, biasanya berwarna kekuningan atau putih warna dalam, ukurannya sekitar
1,5 mm x 0,4 mm, dan, ketika diletakkan, terlihat seperti bola beras. Sementara
lalat blow fly betina biasanya meletakkan 150-200 telur, dia biasanya menghasilkan
sekitar 2.000 telur selama hidupnya. Rasio jenis kelamin dari telur lalat
biasanya 50:50.
Penetasan dari telur ke tahap larva
pertama membutuhkan waktu sekitar 8 jam untuk satu hari. Larva memiliki tiga tahap perkembangan
(disebut instar ); tahap masing-masing dipisahkan
oleh instar event.The molting yang dipisahkan dengan memeriksa spirakel
posterior, atau bukaan untuk sistem pernapasan. Larva menggunakan proteolitik enzim dalam kotoran mereka (dan juga
mekanik penggilingan oleh kait mulut) untuk memecah protein pada ternak atau
mayat mereka makan pada.. Lalat adalah poikilothermic, yang berarti bahwa tingkat di mana
mereka tumbuh dan berkembang sangat tergantung pada suhu dan spesies Di bawah suhu kamar (sekitar 20 derajat Celcius)
lalat hitam Phormia regina berkembang dari telur hingga pupa sekitar
150-266 jam (6 sampai 11 hari)..
Ketika tahap ketiga selesai pupa akan meninggalkan mayat dan liang ke dalam
tanah, muncul sebagai orang dewasa 7 sampai 14 hari kemudian.
5.Penyakit Yang Ditimbulkan
Dewasa mungkin vektor patogen penyakit
seperti disentri ..
Lalat, paling sering Calliphoridae, telah sering dikaitkan dengan penularan
penyakit pada manusia dan hewan serta myiasis.
Studi dan penelitian telah menghubungkan Calliphora dan Lucilia untuk vektor agen penyebab infeksi
bakteri. Larva ini, sering terlihat pada tubuh yang membusuk, memakan bangkai
sementara lalat dewasa dapat menjadi yg makan binatang yg
sudah mati atau
vegetatif.. Selama proses pembusukan, mikroorganisme (misalnya Mycobacterium ) dapat dilepaskan melalui tubuh
lalat.Lalat dapat beristirahat dan bertelur
di bangkai. Larva mulai makan mayat dan secara bersamaan menelan organisme
pathogen.
Salmonellosis juga telah terbukti ditularkan oleh
lalat blow melalui air liur, tinja dan tarsi. Lalat dewasa mungkin dapat
menyebar mikroorganisme patogen melalui mulut spon mereka, bantalan lengket
kaki mereka atau bahkan tubuh mereka atau rambut kaki.
Lalat blow sebagai vektor penyakit,
penting untuk mengidentifikasi agen-agen yangdapat menularkan penyakit, rute penularan, dan pencegahan, perawatan
jika terjadi kontak menjadi semakin penting.
Dengan kemampuan untuk meletakkan ratusan telur dalam seumur hidup dan adanya
ribuan larva pada suatu waktu dalam jarak yang begitu dekat, potensi untuk
dapat berkembang semakin tinggi terutama pada suhu yang ideal
Lalat ini meletakkan telurnya pada
daging atau bangkai binatang, pada luka terbuka atau pada lubang-lubang yang
berbau busuk. Lalat ini menimbulkan miasis kulit, miasis intestinal dan miasis
urogenital.