Total Tayangan Halaman

Jumat, 22 Juni 2012

MAKALAH ANEMIA HEMOLITIK


BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Anemia atau dikenal juga dengan kurang darah berkurangnya sel darah merah disebabkan oleh kerusakan dini sel-sel darah merah yang matang.
Sumsum tulang dapat menghasilkan sel darah merah yg cukup cepat untuk mengganti sel darah merah yang telah rusak.
Anemia hemolitik adalah anemia yang tidak terlalu sering dijumpai, tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan diagnostik yang tepat. Pada kasus-kasus penyakit dalam yang dirawat di RSUP sanglah tahun 1997. Anemia hemolitik merupakan 6% dari kasus anemia, menempati urutan ketiga setelah anemia aplastik dan anemia sekunder keganasan hematologis.
Anemia hemolitik yaitu meningkatnya kecepatan destruksi eritrosit sebelum waktunya. Dalam keadaan in sumsum tulang memproduksi darah lebih cepat sebagai kompensasi hilang nya sel darah merah. Pada kasus Anemia biasanya ditemukan splenomegali diakibatkan karena absorbsi sel darah ysng telah mati secara berlebihan oleh limpa. Karena pada anemia hemolitik banyaknya sel darah merah yang mati pada waktu yang relative singkat .
B.    TUJUAN
Makalah ini dibuat tujuannya agar pembaca mengetahui kelainan yang disebabkan destruksi eritrosit yang berlebih disebut “ANEMIA HEMOLITIK”.
BAB II
PEMBAHASAN
A.   DEFINISI
Anemia Hemolitik adalah penyakit kurang darah atau anemia yang terjadi karena meningkatnya penghancuran sel darah merah. Pada keadaan normal, sel darah merah mempunyai waktu hidup 120 hari.
Pada anemia hemolitik ini terjadi penurunan usia sel darah merah, baik sementara atau terus-menerus. Anemia ini terjadi apabila sumsum tulang telah tidak mampu mengatasinya karena usia sel darah merah sangat pendek, atau bila kemampuannya terganggu oleh sebab lain. Salah satunya jika suatu penyakit menghancurkan sel darah merah sebelum waktunya (hemolisis), sumsum tulang berusaha menggantinya dengan mempercepat pembentukan sel darah merah yang baru, sampai 10 kali kecepatan normal. Jika penghancuran sel darah merah melebihi pembentukannya, maka akan terjadi anemia hemolitik. 
B.     ETIOLOGI
Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh 2 faktor yang berbeda yaitu faktor intrinsik & faktor ekstrinsik.
1.    Faktor Intrinsik (intrakorpuskular) :

TUNGAU



Tungau merupakan komponen debu rumah yang paling penting karena paling sering menyebabkan alergi. Tungau merupakan binatang yang sangat kecil seperti kutu dan tidak tampak oleh mata. Tungau hidup dari serpihan kulit manusia dan biasanya tungau ini terdapat pada kasur dan bantal, terutama yang terbuat dari kapuk.
A.   KLASIFIKASI
Kerajaan              : Animalia
Filum                    :
Arthropoda
Kelas                    :
Arachnida
Upakelas             :
Acarina                                               
Ordo                     :
Acariformes
Famili                   :
Pyroglyphidae
Genus                  :
Dermatophagoides           
Spesies:
Dermatophagoides farinae
Dermatophagoides pteronyssinus
Blomia tropicalis

B.   MORFOLOGI
Tungau merupakan binatang sejenis kutu yang ukurannya sangat kecil, yakni 250-300 mikron berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Tungau betina panjangnya 300-450 mikron, sedangkan tungau jantan lebih kecil, kurang lebih setengahnya yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki dan bergerak dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan kulit.. Bila dilihat dari sisi fisiknya, bentuk binatang ini lonjong dengan jumlah kaki 8 buah. Binatang mikrospis itu diembel-embeli kata “debu” di belakang namanya karena hidupnya dari debu.
C.   SIKLUS HIDUP
Tungau betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan kulit untuk kemudian membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm – 5 mm per hari. Terowongan pada kulit dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum. Di dalam terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih 30 hari dan bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari.
Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit untuk kemudian masuk kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut untuk melindungi dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari, menjadi bentuk dewasa melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa sekitar 10-14 hari. Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada tungau betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi tungau betina.
D.   PENYAKIT YANG DITIMBULKAN
Tungau (Dust Mite) merupakan Jenis kutu sangat berbahaya, yang berbahaya bukan kutunya tapi kotorannya. Ada sekitar 2 juta tungau yang hidup di permukaan ranjang dan bantal. Tungau ini hidup dari memakan serpihan sel kulit mati manusia. Mereka mengeluarkan kotoran setiap hari dalam bentuk debu tungau yang sangat halus. Debu tungau ini kemudian berterbangan setiap kali Anda bergerak di tempat tidur. 30% orang dewasa dan anak-anak menderita alergi terhadap debu tungau. Tungau adalah penyebab utama Asma, pilek/bersin, gatal-gatal, scabies, dan bengkak pada kulit serta demam. Alergen utama yang dikandung oleh tungau debu rumah adalah kotorannya, sisa-sisa cangkang tubuh & telurnya . Kotoran hewan ini mengandung banyak protein yang menyebabkan alergi. Selama siklus hidupnya, seekor tungau dapat menghasilkan + 2.000 partikel kotoran (faces). Gejala alergi yang dapat disebabkan oleh tungau antara lain :  Bersin-bersin, hidung buntu, berair, Mata gatal, bengkak,  Sesak nafas, mengi, asma, Gatal dan bentol di kulit.
E.   PENCEGAHAN
Pencegahan Tungau atau  skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:
Ø  Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
Ø  Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
Ø  Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan.
F.    PENGENDALIAN
Pengendalian tungau adalah dengan langkah-langkah berikut:
  1. Meminimalkan penggunaan bahan yang disukai Tungau. Tungau debu paling hobi tinggal di kasur, bantal, dan guling yang berisi kapuk. jika memungkinkan, ganti dengan bahan dakron atau busa. kasur kapuk masih bisa dipakai, asal dibungkus plastik sebelum diberi seprai. Karpet yang menjadi sarang debu nomor satu, sebaiknya tidak digunakan di kamar tidur. untuk lantai, lebih baik pilih yang berbahan ubin, kayu atau vinyl. Boneka dan mainan anak-anak banyak yang terbuat dari kain berbulu. minimalkan jumlahnya. jika ada bobeka berbulu, simpan dalam kotak tertutup. hindari tumpukan buku atau perabotan yang juga mengundang debu.
  2. Kondiksikan suhu dan kelembaban ruang. Tungau debu hidup subur di tempat yang gelap, hangat dan lembab. suhu optinal untuk pertumbuhan tungau debu adalah 255 – 30 derajat celcius pada kelembaban 70 – 80 persen. karenanya usahakan kamar tidur dalam kondisi terang dan kering. Cara termudah adalah dengan mengijinkan udara dan sinar matahari masuk lewat jendela atau lubang ventilasi. pertukaran udara dalam ruang mampu melenyapkan kelembaban, sedangkan sinar matahari memang tidak disukai oleh tungau debu. Alat pengkondisi udara/AC juga dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan kelembaban udara di bawah 35%.B bersihkan kamar tidur secara teratur debu yang menjadi sarang tungau harus dibersihkan setiap hari. gunakan lap basah atau vacuum cleaner. jangan menggunakan kemoceng, karena ini membuat debu bertebaran dan debu hanya berpindah tempat.
  3. Gantilah seprei, sarung bantal dan guling, setidaknya sekali seminggu. cuci dengan air panas di atas agar tungau debu mati. gorden sebaiknya dicuci setiap 3 bulan sekali. servis AC setiap 6 bulan sekali untuk menghindari bertumpuknya debu di filter.

G.   PENGOBATAN
Pengobatan tungau atau skabies yang umum digunakan adalah dengan salep yang mengandung bahan seperti lindane, permethrin, pyrethrin atau crotamiton. Bahan bahan kimia ini jamak terdapat pada obat atau bahan pembunuh kutu. Obat obat ini tidak bisa anda peroleh dengan bebas, harus menggunakan resep dokter karena merupakan obat keras yang harus diperhatikan cara penggunaan dan indikasinya. Jadi, harus dipastikan dulu oleh dokter anda menderita skabies baru dapat menggunakan obat ini.
Pengobatan dapat efektif bila salep dioleskan ke seluruh tubuh dari dahi sampai dengan ujung kaki. Pada bayi dan anak anak, salep dioleskan dari kulit kepala sampai dengan ujung kaki sebab pada bayi dan anak anak, skabies juga menyerang kepala. HIndari menggunakan obat obatan yang belum jelas khasiatnya untuk mencegah efek samping yang lebih parah.

 ANALIS KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KOSONG SEPULUH
created by HAZWATUL MAR'AH

Genus Calliphoridae Blow Flies

 
1.    Klasifikasi Ilmiah
Kingdom        : Animalia
Phylum          : Arthropoda
Class              :Insecta
Ordo               : Diptera
Subordo         : Brachycera
Infraordo        : Muscomorpha
Subsection    : Calyptratae
Superfamily  : Oestroidea
Family            : Calliphoridae
Genus            : Lucilia
        Phaenicia
Species          : Lucilia sp
                          Phaenica sp
Calliphoridae (umumnya dikenal sebagai blow-flies, lalat bangkai, lalat hijau, greenbottles, atau flies klaster ) adalah serangga dalam Ordo Diptera , keluarga Calliphoridae dengan 1.100 spesies yang dikenal.


2.    Morfologi
Lalat Hijau termasuk ke dalam famili Calliphoridae. Lalat ini terdiri atas banyak jenis, umumya berukuran sedang sampai besar, dengan warna hijau, abu-abu, perak mengkilat atau abdomen gelap. Biasanya lalat ini berkembangbiak di bahan yang cair atau semi cair yang berasal dari hewan, termasuk daging, ikan, daging busuk, bangkai, sampah penyembelihan, sampah ikan, sampah dan tanah mengandung kotoran hewan. Lalat ini jarang berkembang biak di tempat kering atau bahan buah-buahan. Beberapa jenis juga berkembang biak di tinja dan sampah hewan lainnya bertelur pada luka hewan dan manusia
3.    Epidemologi
Di Indonesia, lalat hijau umumnya di derah pemukiman adalah Chrysomya Megacephala. Lalat jantan berukuran panjang 8 mm, mempunyai mata merah besar. Ketika populasinya tinggi, lalat ini akan memasuki dapur, meskipun tidak sesering lalat rumah. Lalat ini banyak terlihat di pasar ikan dan daging yang berdekatan dengan kakus. Lalat ini dilaporkan juga membawa telur cacing Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing kait pada bagian luar tubuhnya dan pada lambung lalat
Jenis lalat hijau lain yang juga ditemukan di Indonesia adalah Chrysomya bezziana, meskipun sangat jarang di daerah permukiman. Lalat ini banyak dijumpai di daerah ternak yang dilepaskan di padang gembalaan. Jenis lalat ini akan bertelur pada luka atau jaringan kulit yang sakit dan menyebabkan miyasis obligat pada manusia dan hewan. Jenis lainnya adalah Calliphora sp yang dikenal dengan nama blue bottles. Lalat ini lebih menyukai tinggal di daerah iklim sedang dan tidak umum dijumpai di Indonesia.

4.    Siklus Hidup

Sebagian besar spesies lalat yang pelajari sejauh ini adalah anautogenous; lalat betina membutuhkan sejumlah besar protein untuk perkembangan telur agar dapat matang dalam ovariumnya (sekitar 800 mg per sepasang ovarium ).. Teori saat ini adalah bahwa betina hinggap di bangkai baik untuk kebutuhan protein dan bertelur. Telur Blow-fly, biasanya berwarna kekuningan atau putih warna dalam, ukurannya sekitar 1,5 mm x 0,4 mm, dan, ketika diletakkan, terlihat seperti bola beras. Sementara lalat blow fly betina biasanya meletakkan 150-200 telur, dia biasanya menghasilkan sekitar 2.000 telur selama hidupnya. Rasio jenis kelamin dari telur lalat biasanya 50:50.
Penetasan dari telur ke tahap larva pertama membutuhkan waktu sekitar 8 jam untuk satu hari. Larva memiliki tiga tahap perkembangan (disebut instar ); tahap masing-masing dipisahkan oleh instar event.The molting yang dipisahkan dengan memeriksa spirakel posterior, atau bukaan untuk sistem pernapasan. Larva menggunakan proteolitik enzim dalam kotoran mereka (dan juga mekanik penggilingan oleh kait mulut) untuk memecah protein pada ternak atau mayat mereka makan pada.. Lalat adalah poikilothermic, yang berarti bahwa tingkat di mana mereka tumbuh dan berkembang sangat tergantung pada suhu dan spesies Di bawah suhu kamar (sekitar 20 derajat Celcius) lalat hitam Phormia regina berkembang dari telur hingga pupa sekitar 150-266 jam (6 sampai 11 hari).. Ketika tahap ketiga selesai pupa akan meninggalkan mayat dan liang ke dalam tanah, muncul sebagai orang dewasa 7 sampai 14 hari kemudian.
5.    Penyakit Yang Ditimbulkan
Dewasa mungkin vektor patogen penyakit seperti disentri .. Lalat, paling sering Calliphoridae, telah sering dikaitkan dengan penularan penyakit pada manusia dan hewan serta myiasis. Studi dan penelitian telah menghubungkan Calliphora dan Lucilia untuk vektor agen penyebab infeksi bakteri. Larva ini, sering terlihat pada tubuh yang membusuk, memakan bangkai sementara lalat dewasa dapat menjadi yg makan binatang yg sudah mati atau vegetatif.. Selama proses pembusukan, mikroorganisme (misalnya Mycobacterium ) dapat dilepaskan melalui tubuh lalat. Lalat dapat beristirahat dan bertelur di bangkai. Larva mulai makan mayat dan secara bersamaan menelan organisme pathogen.
Salmonellosis juga telah terbukti ditularkan oleh lalat blow melalui air liur, tinja dan tarsi. Lalat dewasa mungkin dapat menyebar mikroorganisme patogen melalui mulut spon mereka, bantalan lengket kaki mereka atau bahkan tubuh mereka atau rambut kaki.
Lalat blow sebagai vektor penyakit, penting untuk mengidentifikasi agen-agen yang  dapat menularkan penyakit, rute penularan, dan pencegahan, perawatan jika terjadi kontak menjadi semakin penting. Dengan kemampuan untuk meletakkan ratusan telur dalam seumur hidup dan adanya ribuan larva pada suatu waktu dalam jarak yang begitu dekat, potensi untuk dapat berkembang semakin tinggi terutama pada suhu yang ideal
Lalat ini meletakkan telurnya pada daging atau bangkai binatang, pada luka terbuka atau pada lubang-lubang yang berbau busuk. Lalat ini menimbulkan miasis kulit, miasis intestinal dan miasis urogenital.
 
ANALIS KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR '10 
B1